
Kami menggunakan cookies dari pihak ketiga untuk meningkatkan pengalaman berkunjung Anda.
Dunia bisnis olahraga tengah dihebohkan oleh kabar mengejutkan: rumor merger antara dua raksasa apparel asal Jerman, Adidas dan Puma. Isu ini mencuat setelah laporan eksklusif Bloomberg di akhir Agustus 2025, dan seketika memicu gelombang spekulasi dari kalangan investor, komunitas olahraga, hingga para penggemar fashion global.
Reaksi pasar pun langsung terasa, karena saham Puma sempat melesat lebih dari 15 persen, sebuah sinyal bahwa rumor tersebut bukan hanya menjadi bahan obrolan ringan, melainkan turut menciptakan sensasi besar di bursa saham.
Puma dan Adidas bukan sekadar dua perusahaan pesaing; keduanya lahir dari sejarah panjang perseteruan keluarga Dassler, ketika Adi dan Rudolf Dassler mendirikan perusahaan terpisah dan memecah kota kecil Herzogenaurach menjadi dua kubu.
Namun, pangsa Puma kian menurun seiring desain jersi mereka yang monoton, kurang menarik, bahkan dinilai buruk oleh pendukung klub sepakbola.
Maka, jika akuisisi benar-benar terwujud, itu tidak hanya soal keuntungan finansial, tetapi juga sebuah penutup bab paling legendaris dalam rivalitas industri olahraga modern.
Namun hingga kini, baik Adidas maupun Puma belum memberikan konfirmasi resmi. Investor dan pengamat pasar masih menunggu kepastian, khususnya terkait langkah keluarga Pinault dari Prancis, pemegang saham mayoritas Puma melalui perusahaan investasi Artemis.
Dari sinilah fakta-fakta awal mulai terbuka, terutama soal rencana penjualan saham Puma, meskipun keputusan mengenai merger sama sekali belum diambil.
Bloomberg melaporkan bahwa keluarga Pinault tengah menjajaki opsi penjualan 29 persen saham mereka di Puma setelah nilai pasar perusahaan itu merosot hampir setengah dalam setahun terakhir akibat persaingan sengit, menurunnya permintaan global, dan tekanan tarif ekspor dari Amerika Serikat.
Puma saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar €2,6 miliar, dan keluarga Pinault disebut telah menghubungi sejumlah calon pembeli, mulai dari perusahaan besar asal Tiongkok seperti Anta Sports dan Li Ning, hingga investor asal Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Kinerja finansial Puma sendiri memang sedang tertekan, dengan laporan semester pertama 2025 mencatat rugi operasional sebesar €40 juta, margin keuntungan yang terkikis, serta permintaan produk yang belum pulih. Untuk itu, perusahaan menunjuk CEO baru Arthur Hoeld dan COO Andreas Hubert (mantan eksekutif Adidas) guna memperbaiki manajemen sekaligus menata strategi bisnis ke depan.
Spekulasi merger makin ramai setelah Roy Adams, pendiri Metronuclear, menyebut bahwa kondisi Puma sudah dalam “status darurat” dan penyatuan dengan Adidas bisa menjadi solusi ekstrem jika manajemen tidak mampu membalikkan keadaan. Komentar tersebut mempercepat reaksi pasar, terutama karena merger keduanya diyakini akan menciptakan portofolio yang luar biasa besar: Adidas dengan klub raksasa seperti Real Madrid, Arsenal, dan Manchester United; sementara Puma bersama Manchester City, AC Milan, dan Borussia Dortmund.
Saham Puma bahkan sempat melonjak hingga 18 persen sejak rumor ini bergulir. Walau demikian, banyak analis mengingatkan pada pengalaman Adidas ketika mengakuisisi Reebok pada 2005, di mana proses integrasi tidak berjalan mulus dan memunculkan risiko kanibalisasi antarproduk.
Hingga saat berita ini ditulis, baik Adidas maupun Puma belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait rumor merger. Sehingga isu ini masih sebatas spekulasi eksternal yang belum terbukti.
Apabila merger benar-benar terwujud, dampaknya akan luar biasa bagi industri apparel global. Hal ini meliputi:
Rumor merger Adidas dan Puma memang mengguncang dunia bisnis olahraga, namun sampai sekarang masih berstatus sensasi tanpa konfirmasi resmi. Fakta yang jelas adalah keluarga Pinault memang sedang mencari opsi penjualan saham Puma, tetapi belum ada bukti keterlibatan Adidas dalam negosiasi tersebut.
Pasar bereaksi dengan penuh antusias, tetapi kesepakatan sebesar ini memerlukan proses panjang, kajian menyeluruh, dan persetujuan dari banyak pihak.
Jika merger itu benar-benar terjadi, sejarah panjang perseteruan Dassler bersaudara bisa berakhir di ruang rapat, dan wajah industri olahraga global akan mengalami pergeseran besar.
Namun bagi para penggemar, pertanyaan terpenting tetaplah sama: apakah kedua merek bisa bersatu tanpa kehilangan jiwa dan identitas yang selama puluhan tahun membedakan keduanya?
Praktisi pemasaran digital. Fokus di kepenulisan, SEO, dan Paid Ads.
No products in the cart
Return to shop